Pengalaman Tinggal di Jepang



Di bagian tulisan ini, saya ingin berbagi sedikit tentang cerita orang Indonesia yang bekerja di Jepang. Ah lebih tepatnya menyampaikan hasil wawancara kecil yang saya dapat dari narasumber. Narasumber pertama saya lulusan UNNES Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, sebut saja namanya Ame. Tepatnya, Ame ini kakak kelas satu tingkat di atas saya waktu kuliah dulu. Ame tinggal dan bekerja di Jepang sejak tahun 2012 lalu. Pertama yang saya ingin tahu, kenapa ia memilih bekerja di jepang sedangkan kebanyakan lulusan Pendidikan Bahasa Jepang menjadi guru. Ada yang menjadi guru di SMA, SMK, LPK khusus pemagangan ke Jepang dan ada juga yang menjadi dosen dan tidak sedikit juga yang bekerja di perusahaan.


Jawaban yang saya dapat adalah, Ame memang dari awal ketika kuliah ingin bisa pergi ke Jepang tapi untuk sekedar tamasya (ya memang hampir sebagian mahasiswa jurusan Bahasa Jepang ingin pergi ke jepang sekedar untuk tamasya termasuk saya hehe..) Namun setelah lulus, ia mempunyai 2 tujuan kenapa memilih bekerja di Jepang. Tujuan utama dan tujuan umum. Tujuan utamanya yaitu sebelum menikah dan sebelum umur 28tahun, ia sudah mandiri dan juga kemampuan Bahasa Jepangnya semakin meningkat. Sedangkan tujuan umumnya, mendapatkan banyak teman orang-orang asing, menyalurkan hobi futsal (saya masih belum mengerti kenapa untuk alasan futsal harus sampai jepang :D) dan juga hiking.

Tujuan-tujuan itu pastinya sudah tercapai karena sekarang sudah di tahun ke-2 ia tinggal di Jepang. Namun, ada sedikit hal yang terkadang membuatnya galau yaitu ia tidak bisa melewatkan waktu Idul fitri dan Idul Adha bersama keluarga karena baru di tahun ke-3 ia bisa pulang ke Indonesia.
Sejauh ini, tempatnya bekerja toleransi agamanya bagus. Kita tahu, Jepang bukanlah negara yang mayoritas penduduknya muslim. Di perusahaan tempatnya bekerja, dibangun musholah sehingga tidak kesulitan jika hendak shalat.

Aktifitasnya sehari-hari adalah bekerja dari senin hingga Jumat. Hari sabtu dan minggu libur. Hari sabtu ia gunakan untuk bersih-bersih dan kemudian sorenya futsal ataupun mancing. Sedangkan hari minggu sering ia gunakan untuk masak memasak dan juga belajar Bahasa Jepang. Meskipun sudah tinggal di Jepang ia tetap belajar agar kemampuan berbahasanya semakin meningkat. Selain belajar sendiri, ia juga belajar setiap kamis malam bersama native speaker. Di sana ternyata banyak native speaker yang menjadi relawan mengajar Bahasa Jepang. Tidak dipungut biaya, hanya mengganti uang buku saja.

Selain aktifitasnya sehari-hari, ia juga terkadang bertamasya. Sudah banyak tempat yang ia kunjungi di Jepang. Mulai dari daeraah Tokyo, Oosaka, Kagoshima sampai Kyuushu.  Ia mengirimkan beberapa foto tempat yang pernah dikunjungi. Indah sekali..
Waa… itsuka ii chansu ga attara nihon e ikitai!! 

Kyuushu

karakunidake, Prefektur Miyazaki

Sandankyou, Prefektur Hiroshima